Tuesday, March 04, 2008

Limbah Peternakan Sapi 3

Kascing dari Kotoran Ternak

Perkembangan usaha peternakan dirasakan semakin mengalami peningkatan. Salah satu wujudnya adalah meningkatnya usaha penggemukan sapi potong baik dalam skala besar maupun skala usaha keluarga. Berkembangnya usaha ini menimbulkan dampak positif yang penting diantaranya adalah meningkatnya taraf ekonomi masyarakat dan terciptanya lapangan kerja baru. Namun demikian, usaha ini juga sangat potensial menimbulkan dampak negatif yang bisa mengakibatkan pencemaran lingkungan, baik terhadap air, udara maupun tanah, terutama apabila limbah peternakan yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik dan benar.

Selama ini dampak negatif dari limbah peternakan yang sering dikeluhkan oleh masyarakat adalah timbulnya bau tidak sedap dari kotoran ternak. Akibatnya tidak jarang anggota masyarakat memprotes keberadaan usaha peternakan yang berada disekitar wilayahnya. Hal ini terjadi karena limbah peternakan sebagian besar terdiri atas bahan organik yang mudah terdegradasi oleh mikroorganisme sehingga proses pembusukan akan berlangsung cepat dan dapat menyebabkan bau tidak sedap. Salah satu alternatif dalam mengatasi timbulnya pencemaran yang disebabkan oleh limbah peternakan adalah memanfaatkan limbah tersebut secara terus menerus sebagai sumber daya untuk tujuan produktif, misalnya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar biogas melalui proses biokonversi. Biokonversi merupakan proses perubahan suatu bahan dari suatu bentuk menjadi bentuk lain dengan melibatkan peran makhluk hidup didalamnya.

Biogas adalah gas yang diperoleh dari bahan organik yang telah mengalami proses perombakan secara fermentasi anaerob oleh bakteri pembentuk gas metan, misalnya Methanobacillus omelianskii. Biogas dapat dijadikan sebagai sumber energi karena gas ini mengandung sekitar 60 -70% gas metan yang mudah sekali terbakar sedangkan sisanya merupakan campuran yang diantaranya terdiri atas gas CO2, CO dan H2S. Bahan yang digunakan untuk pembuatan biogas salah satunya adalah kotoran ternak. Kotoran ternak yang dijadikan sebagai bahan untuk proses biogas, selain menghasilkan gas juga menghasilkan limbah yang disebut dengan “sludge”. Sludge adalah suatu fraksi padat dalam cairan yang bentuk visualnya seperti lumpur dan mengandung banyak sekali bentuk-bentuk kehidupan seperti bakteri, alga dan protozoa. Selama ini “sludge” yang dihasilkan dari proses pembuatan biogas tidak diolah menjadi bentuk lain, melainkan langsung digunakan sebagai pupuk tanaman atau dibiarkan begitu saja.

Selain dapat langsung digunakan sebagai pupuk tanaman, melalui proses biokonversi “sludge biogas” juga dapat diubah menjadi bentuk lain yang memiliki manfaat yang lebih tinggi. Biokonversi “sludge” dengan menggunakan cacing tanah sebagai perombaknya dapat menghasilkan manfaat yang lebih tinggi, yaitu dihasilkan “kascing” yang kualitasnya lebih baik daripada bahan asal, karena mengandung unsur hara yang lebih lengkap dan mudah diserap tanaman. Selain itu dihasilkan pula cacing tanah yang dapat digunakan sebagai sumber protein hewani pakan ternak. Sistem ini sangat mudah diterapkan karena beberapa jenis cacing tanah sudah diketahui cara pengembangbiakannya dan mudah diperoleh di Indonesia, misalnya Lumbricus rubellus, Eisenia foetida, Perionix excavatus, Pheretima asiatica dan Eisenia andrei

Keberhasilan proses biokonversi “sludge biogas” menjadi biomassa “kascing” dan biomassa cacing tanah salah satunya sangat dipengaruhi oleh padat tebar cacing tanah dalam media, pada kepadatan yang terlalu rendah, perkembangan cacing tanah sangat ideal, akan tetapi proses biokonversinya lambat, sebaliknya, pada kepadatan yang terlalu tinggi, pada awalnya proses biokonversi terjadi sangat cepat akan tetapi perkembangan cacing tanah menjadi tidak optimum. Walaupun demikian informasi tentang biomassa cacing tanah dan biomassa “kascing” yang dihasilkan dari proses biokonversi “sludge biogas” belum banyak didapatkan

No comments:

Post a Comment